Pabrik Baterai Terbesar di RI Segera Hadir, Nilai Investasi Tembus Rp131 T

Sahrul

Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya membangun ekosistem industri kendaraan listrik yang terintegrasi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa sebuah pabrik baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) berskala jumbo dengan nilai investasi mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp131,07 triliun (kurs Rp16.379 per US$) ditargetkan rampung pada 2027 mendatang.

Proyek yang akan menjadi salah satu fasilitas pengolahan baterai terbesar di tanah air ini dimiliki oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou) bersama Indonesia Battery Corporation (IBC). Pemerintah disebut akan memberikan insentif khusus agar proyek ini bisa berjalan sesuai target dan menjadi pilar penting industri EV nasional.

“Huayou sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasinya sekitar US$ 8 miliar. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027, akhir, ini semua sudah jadi,” kata Bahlil di Hotel Mulia Jakarta, Rabu (6/8/2025).

Pabrik ini sejatinya merupakan kelanjutan dari rencana yang sebelumnya melibatkan LG Energy Solution (LGES) asal Korea Selatan. Namun, LGES memilih mundur dari konsorsium bersama IBC yang menaungi PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Keputusan untuk menarik diri itu disebut diambil pemerintah karena LGES tidak memenuhi komitmen awal yang telah disepakati.

Tidak hanya meninggalkan proyek utama dengan IBC, LGES juga mundur dari tiga rencana investasi joint venture (JV) lainnya. Sementara itu, satu JV yang tersisa sudah memasuki tahap operasional dan masih berjalan hingga kini.

Huayou Perkuat Jejak Investasi di Indonesia

Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyebut Huayou tidak hanya mengambil alih posisi LGES, tetapi juga menyiapkan tambahan modal yang fantastis untuk memperluas bisnisnya di Indonesia. Nilai potensi investasi tambahan itu disebut bisa mencapai US$ 20 miliar atau setara Rp335,56 triliun (kurs Rp16.759 per US$).

“Nah, mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari grup Huayou ini, ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$ 20 miliar, tambahan,” ujar Rosan di Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Sejauh ini, Huayou sudah menanamkan modal sebesar US$ 8,8 miliar di Indonesia. Perusahaan asal Tiongkok ini juga telah mengembangkan basis produksinya di kawasan industri Weda Bay dan Morowali—dua wilayah yang dikenal sebagai “jantung” industri nikel nasional.

Rosan menambahkan, Huayou kini ingin memperluas sayapnya dengan membangun kawasan industri sendiri, mirip dengan yang sudah berjalan di Morowali dan Weda Bay. Salah satu lokasi yang diincar adalah Pomalaa, Sulawesi Tenggara, yang memiliki potensi besar sebagai pusat hilirisasi mineral strategis.

Dengan investasi yang begitu masif, pabrik baterai ini diharapkan menjadi “mesin penggerak” industri kendaraan listrik nasional, sekaligus memperkokoh posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar baterai dunia.

Also Read

Tags