Pasar ponsel pintar kembali menunjukkan bahwa tidak semua inovasi selalu disambut meriah. Hal ini tercermin dari kinerja iPhone Air, perangkat terbaru Apple yang ternyata tidak mampu menembus ekspektasi tinggi perusahaan. Meskipun tampil dengan desain tipis bak selembar kertas premium, daya tariknya di pasar global justru lebih redup dibandingkan seri iPhone lainnya.
Berdasarkan analisis Mizuho Securities yang dilansir oleh media teknologi Korea Selatan, The Elec, Apple kini berencana memangkas produksi iPhone Air sekitar satu juta unit sepanjang tahun ini. Langkah tersebut diambil karena permintaan pasar yang lebih kecil dari perhitungan awal. Ironisnya, kebijakan ini berbanding terbalik dengan strategi Apple terhadap seri lain seperti iPhone 17, iPhone 17 Pro, dan iPhone 17 Pro Max yang justru dipacu produksinya secara agresif.
Proyeksi total produksi seri iPhone 17 untuk awal 2026 naik signifikan dari 88 juta menjadi 94 juta unit, sebuah sinyal kuat bahwa Apple lebih percaya diri pada performa model lainnya. “Kecuali model Air, penjualan sejauh ini solid. Pro dan Pro Max sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” bunyi laporan Mizuho Securities Japan, dikutip dari Gizmochina, Minggu (19/10/2025).
Respons Dingin dari Pasar Barat
Di pasar China, iPhone Air sempat mencatat penjualan awal yang cukup menggembirakan. Namun, situasinya berbalik ketika perangkat ini mulai merambah pasar Barat. Konsumen di kawasan tersebut lebih condong memilih iPhone 17 reguler yang menawarkan rasio harga dan spesifikasi lebih seimbang, atau iPhone 17 Pro yang unggul dalam kualitas kamera dan fitur premium.
Para analis menyebutkan bahwa faktor harga dan keterbatasan fitur menjadi penghalang utama iPhone Air dalam menarik hati pembeli. Tren ini mencerminkan fenomena luas di pasar smartphone, di mana desain ultra-tipis sering dianggap mengorbankan daya tahan baterai dan fleksibilitas kamera. Dalam bahasa kiasan, desain tipis yang dimaksudkan sebagai “daya pikat” justru menjadi “tumit Achilles” bagi model ini.
Desain Tipis dan Kuat, Tapi Tak Cukup Menggoda
iPhone Air hadir sebagai perangkat dengan ketebalan hanya 5,6 milimeter dan bobot sekitar 165 gram—ramping seolah nyaris “lenyap” di genggaman. Apple membekalinya dengan rangka titanium kelas pesawat luar angkasa, menjadikan bodi tipis tersebut tetap kokoh dan tangguh. Bagian depan dan belakang dilapisi Ceramic Shield generasi kedua, yang diklaim tiga kali lebih tahan gores dan empat kali lebih tahan retak dibanding versi sebelumnya.
Di sektor dapur pacu, iPhone Air diperkuat chip A19 Pro, dipasangkan dengan modem C1X serta chip jaringan N1, menghadirkan dukungan konektivitas terbaru seperti Wi-Fi 7, Bluetooth 6, dan Thread. Apple juga membekalinya dengan baterai yang mampu bertahan hingga 27 jam pemutaran video, atau sekitar 40 jam dengan MagSafe Battery tambahan.
Untuk urusan kamera, perangkat ini mengusung kamera utama 48 MP dengan teknologi Dual-Fusion, kamera telefoto 2×, serta kamera depan dengan fitur Center Stage dan Dual Capture Video, memungkinkan perekaman simultan dari dua arah. Fitur tersebut menjadikannya perangkat yang cukup menarik bagi kreator konten digital.
eSIM-Only dan Strategi Masa Depan
Apple mengambil langkah berani dengan menjadikan iPhone Air sebagai perangkat eSIM-only secara global. Hilangnya slot kartu fisik ini bukan sekadar perubahan desain, tetapi sinyal transisi Apple menuju era ponsel sepenuhnya digital.
iPhone Air hadir dalam empat pilihan warna — Sky Blue, Light Gold, Cloud White, dan Space Black — serta dibanderol sekitar Rp21,3 juta untuk varian 256GB di Indonesia.
Meski memiliki tampilan mewah dan spesifikasi unggulan, kenyataan di pasar membuktikan bahwa tidak semua inovasi berhasil mencuri hati konsumen. Apple kini harus menyusun ulang strategi produksinya, agar perangkat tipis ini tak hanya menjadi “hiasan etalase” di tengah dominasi seri iPhone lainnya.