Wakil Presiden ke-13 Indonesia, Ma’ruf Amin, memberikan pandangan yang menarik mengenai gaya kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Dalam acara Milad ke-50 Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Asrama Haji, Jakarta Timur, Sabtu (26/7/2025), ia menilai karakter Prabowo memiliki kesamaan dengan Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama yang meneruskan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Dalam sambutannya, Ma’ruf menyinggung pernyataan Prabowo yang dianggap memiliki keselarasan dengan ucapan Abu Bakar ketika menerima amanah sebagai pemimpin.
“Apa yang dikatakan oleh Pak Prabowo sama dengan dikatakan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu khalifah. Apa kata Abu Bakar Shiddiq? ‘Saya diserahin urusan kalian, saya bukan yang terbaik dari kalian, bukan ya’,” ucap Ma’ruf Amin.
Ia melanjutkan kutipan tersebut dengan penjelasan tentang bagaimana pemimpin sejati sadar akan amanah yang dipikulnya.
“Tapi saya yang dibutuhkan sebagai pemegang mandat, oleh karena itu saya harus menjalankan tugas ini. Walaupun saya bukan orang yang terbaik dari kalian, kalau saya benar, baik, bantu saya, dan kalau saya tidak baik luruskan saya,” sambungnya.
Ma’ruf Amin menilai, kesadaran Prabowo dalam memandang mandat kepemimpinannya menunjukkan kerendahan hati. Bagi Ma’ruf, pemimpin seperti itu tidak hanya siap menerima dukungan ketika benar, tetapi juga terbuka untuk dikoreksi jika melakukan kesalahan. Sikap ini, menurutnya, mencerminkan pemimpin yang memahami posisi sebagai pelayan rakyat, bukan sebaliknya.
Lebih lanjut, Ma’ruf mendorong MUI agar berperan aktif mendampingi pemerintahan Prabowo. Ia berharap lembaga keagamaan tersebut tidak hanya menjadi mitra dalam kebijakan, tetapi juga menjadi pihak yang memberikan nasihat, kritik konstruktif, hingga doa demi kelancaran roda pemerintahan.
“Nah oleh karena itu di dalam menempatkan dirinya, MUI sebagai mitra pemerintah, tugasnya adalah memberikan bantuan sepenuhnya dengan pernyataan, dengan statement, dengan kegiatan-kegiatan, bahkan dengan doa-doa. Itu harus bantu,” imbuhnya.
Pernyataan Ma’ruf Amin ini muncul di tengah masa awal pemerintahan Prabowo yang baru beberapa bulan berjalan. Komentar tersebut dinilai sebagai dorongan moral sekaligus pengingat bahwa kepemimpinan nasional adalah amanah besar yang membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk ulama.