PM Houthi Tewas dalam Serangan Udara Israel ke Yaman

Sahrul

Konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah kelompok Houthi di Yaman mengumumkan bahwa Perdana Menteri mereka, Ahmed Ghaleb Nasser Al-Rahawi, tewas dalam gempuran udara Israel. Rahawi, yang menempati posisi sebagai pejabat sipil tertinggi di kelompok tersebut, meninggal dunia bersama sejumlah pejabat lainnya.

Kabar tersebut dilansir AFP pada Minggu (31/8/2025). Militer Israel mengonfirmasi serangan tersebut dan memastikan Rahawi menjadi korban. Peristiwa ini menandai salah satu pukulan besar terhadap kepemimpinan Houthi.

Serangan Balasan Israel

Sejak meletusnya perang Gaza pada Oktober 2023, Houthi yang didukung Iran kerap melancarkan serangan drone dan rudal ke wilayah Israel. Tindakan itu dibalas dengan operasi militer Israel yang menargetkan basis dan fasilitas Houthi di Yaman.

Rahawi dilaporkan tewas pada Kamis (28/8/2025) ketika serangan Israel menghantam sebuah fasilitas militer. Ia terakhir kali terlihat di publik sehari sebelumnya dalam sebuah acara Kementerian Wakaf Houthi di Sanaa.

“Kami mengumumkan gugurnya pejuang Ahmed Ghaleb Nasser Al-Rahawi bersama beberapa rekan menterinya, karena mereka menjadi sasaran musuh kriminal Israel yang berbahaya,” demikian pernyataan resmi Houthi.

“Yang lainnya di antara rekan-rekan mereka mengalami luka sedang hingga serius dan telah menerima perawatan medis sejak Kamis sore,” tambah kelompok itu.

Sumpah Membalas Dendam

Kematian Rahawi memicu amarah di tubuh Houthi. Mehdi al-Mashat, Ketua Dewan Politik Tertinggi Houthi, menyampaikan pesan keras bahwa kematian Rahawi tidak akan dibiarkan tanpa balasan.

“Kami berjanji kepada Tuhan, kepada rakyat Yaman tercinta dan keluarga para martir dan korban luka bahwa kami akan membalas dendam,” kata Mashat dalam sebuah pesan video di Telegram.

Mashat bahkan memperingatkan perusahaan-perusahaan asing agar meninggalkan Israel, sebuah sinyal ancaman bahwa aksi balasan Houthi bisa lebih luas dari sekadar serangan rudal.

Sosok Rahawi dan Konteks Politik

Rahawi berasal dari provinsi selatan Abyan, sebuah wilayah yang sebagian besar kini berada di bawah kendali Houthi. Dalam tradisi politik kelompok itu, jabatan perdana menteri biasanya diberikan kepada figur dari wilayah selatan untuk menarik simpati rakyat di kawasan tersebut.

Rahawi sendiri baru diangkat sebagai perdana menteri tahun lalu. Keterlibatannya dianggap penting untuk menjaga legitimasi Houthi di tengah perang yang semakin menguras energi politik dan militer.

Setelah kepergiannya, posisi perdana menteri sementara kini dijabat oleh Mohammed Ahmed Miftah, yang sebelumnya menjabat wakil perdana menteri.

Bayangan Eskalasi Konflik

Tewasnya Rahawi dipandang sebagai pukulan telak bagi Houthi, namun sekaligus bisa menjadi bahan bakar baru bagi semangat perlawanan mereka. Janji balas dendam yang diucapkan para pemimpin kelompok tersebut memberi sinyal bahwa konflik di kawasan bukan mereda, melainkan berpotensi melebar.

Israel sendiri menyatakan serangan ke Yaman merupakan langkah pertahanan atas rentetan serangan udara yang diluncurkan Houthi sejak dua tahun terakhir. Namun, bagi Houthi, serangan itu dianggap sebagai pembunuhan terhadap simbol perjuangan mereka.

Kini, dengan kehilangan seorang pemimpin penting, kelompok Houthi menghadapi dilema: menjaga stabilitas internal atau meningkatkan eskalasi pertempuran yang bisa menyeret lebih banyak pihak di kawasan ke dalam lingkaran api konflik.

Also Read

Tags