Purbaya Targetkan Ekonomi 2026 Tumbuh 6%, Sebut Tantangan Justru Pemicu Semangat

Sahrul

Pemerintah memasang target ambisius untuk perekonomian nasional dua tahun mendatang. Pada 2026, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan bisa menembus angka 6%, atau melampaui sasaran yang tercantum dalam APBN. Bahkan untuk kuartal IV 2025, pemerintah mengincar laju pertumbuhan di atas 5,5% sebagai pijakan yang lebih solid menuju capaian tersebut.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai target itu bukan sekadar angka, tetapi sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan strategi matang. Ia juga menyiratkan kesiapannya menanggung konsekuensi jika target tersebut tidak terealisasi.
Dalam forum Ecoverse 2025 di The Westin, Jakarta, pada Kamis (20/11/2025), ia menegaskan, “Dengan demikian saya harapkan tahun depan ekonomi bukan 5,4% seperti target APBN, saya ingin dorong ke 6%. Ya kalau risikonya apa saya ngomong gini? Kalau nggak kecapai gua dipecat. Tapi kalau nggak ada challenge nggak menarik untuk saya, lebih baik saya duduk di rumah aja.”

Ucapan tersebut menggambarkan sikap bahwa perekonomian tak bisa dikelola hanya dengan pola aman, melainkan membutuhkan keberanian mengambil risiko seperti seorang nakhoda yang berani menembus ombak tinggi demi mencapai pelabuhan tujuan.

Target Jangka Menengah: Ekonomi Dekati 8%

Purbaya tidak hanya bicara soal target jangka pendek. Ia bahkan memiliki bayangan jangka menengah untuk membawa Indonesia melaju lebih cepat. Di tahun ketiga atau keempat, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mendekati 8%, sebuah tingkat yang selama ini hanya menjadi wacana bagi negara berkembang.

Ia menyampaikan, “Tahun depannya kita coba dorong lebih cepat lagi lebih cepat lagi, lebih cepat lagi. Mungkin tahun ketiga keempat udah keliatan tuh 8%, udah dekat tuh jadi kita bisa mewujudkan.”

Pernyataan itu menunjukkan bahwa percepatan pertumbuhan tidak hanya bertumpu pada satu tahun kebijakan, melainkan rangkaian kebijakan berkelanjutan yang harus dieksekusi secara konsisten.

Kombinasi Strategi SBY dan Jokowi: Mesin Baru Ekonomi Indonesia

Dalam pemaparannya, Purbaya menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi di era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono bertumpu pada kekuatan sektor swasta sebagai pendorong utama. Sedangkan pada masa Presiden ke-7 Joko Widodo, mesin pertumbuhan lebih banyak digerakkan melalui belanja pemerintah yang masif.

Menurutnya, dua pendekatan tersebut tidak harus dipertentangkan. Justru jika dikombinasikan secara tepat, percepatan pertumbuhan bisa lebih mudah dicapai.

Ia menjelaskan, “Zamannya SBY mesinnya mesin swasta, zamannya Pak Jokowi mesin pemerintah. Tumbuhnya 6% sama 5%. Kalau saya gabung 6% lebih nggak terlalu sulit, tambah dengan perbaikan iklim investasi, pengurangan bottleneck yang menghambat real sector dan perusahaan harusnya pertumbuhan yang lebih cepat bisa dicapai.”

Dengan kata lain, Purbaya berusaha menggabungkan kekuatan dua era pemerintahan menjadi satu formula ekonomi baru—layaknya menyatukan dua mesin besar agar mampu mendorong kapal ekonomi Indonesia melaju lebih cepat.

Peluang dan Tantangan 2026

Target pertumbuhan 6% pada 2026 jelas bukan persoalan sederhana. Kondisi global yang fluktuatif, dinamika geopolitik, hingga perlambatan ekonomi dunia berpotensi menjadi hambatan. Namun bagi Purbaya, tantangan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan justru menjadi katalis untuk bekerja lebih cepat dan lebih tajam.

Pemerintah kini bergerak untuk memperbaiki iklim investasi, merapikan hambatan birokrasi, serta mendorong sektor riil agar lebih efisien dan produktif. Jika berbagai upaya ini berjalan seiring, pemerintah yakin akselerasi ekonomi bisa terwujud, bahkan mendekati angka pertumbuhan yang selama ini dianggap sulit dicapai.

Dengan target yang berani serta strategi gabungan dari dua periode pemerintahan sebelumnya, 2026 diproyeksikan sebagai tahun uji coba besar bagi mesin ekonomi Indonesia—apakah mampu melaju lebih kencang, atau justru harus menghadapi tantangan yang lebih berat.

Also Read

Tags