Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan perundingan bilateral dengan Ukraina. Usulan ini muncul di tengah tensi yang terus meningkat antara kedua negara yang terlibat dalam konflik besar sejak Februari 2022. Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik gagasan tersebut, dengan menyatakan kesiapan pihaknya untuk terlibat dalam setiap diskusi yang bertujuan menghentikan serangan terhadap sasaran sipil.
Dilaporkan oleh Reuters pada Selasa, 22 April 2025, baik Putin maupun Zelenskyy menghadapi tekanan besar dari Amerika Serikat, yang mengancam akan menghentikan upaya perdamaiannya jika tidak ada perkembangan signifikan dalam negosiasi ini. Amerika Serikat, yang selama ini menjadi pendukung utama Ukraina, menginginkan kemajuan yang konkret dalam pembicaraan damai.
Meski demikian, baik Rusia maupun Ukraina telah menyatakan keterbukaannya untuk melanjutkan gencatan senjata setelah gencatan senjata singkat yang diumumkan oleh Rusia selama 30 jam pada akhir pekan lalu. Gencatan senjata Paskah ini berlangsung sementara, namun sayangnya masing-masing pihak saling menuduh pihak lain melanggar kesepakatan tersebut.
Perundingan lebih lanjut dijadwalkan akan berlangsung minggu ini di London, dengan Ukraina berencana mengirimkan delegasi yang akan bertemu dengan pejabat dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Perundingan ini juga merupakan tindak lanjut dari pembahasan yang terjadi di Paris pekan lalu, di mana AS dan negara-negara Eropa mendiskusikan berbagai cara untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.
Putin, dalam wawancaranya dengan reporter TV pemerintah Rusia, mengungkapkan bahwa meski gencatan senjata Paskah tidak bertahan lama, pihaknya tetap terbuka terhadap setiap inisiatif perdamaian. “Kami selalu membicarakan hal ini, bahwa kami memiliki sikap positif terhadap inisiatif perdamaian apa pun. Kami berharap perwakilan rezim Kyiv akan merasakan hal yang sama,” ujar Putin.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, yang kemudian memberikan klarifikasi lebih lanjut kepada kantor berita Interfax, menjelaskan bahwa ketika Presiden Putin menyebutkan kemungkinan untuk membahas masalah yang terkait dengan serangan terhadap sasaran sipil, termasuk kemungkinan negosiasi bilateral, ia merujuk pada diskusi langsung dengan Ukraina.
“Ketika presiden mengatakan bahwa ada kemungkinan untuk membahas masalah tidak menyerang target sipil, termasuk secara bilateral, presiden bermaksud melakukan negosiasi dan diskusi dengan pihak Ukraina,” kata Peskov.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pembicaraan langsung antara kedua negara tidak pernah terjalin kembali setelah beberapa minggu pertama konflik. Inisiatif terbaru ini, yang mengusulkan dialog langsung, menandai perubahan besar dalam pendekatan diplomatik, meskipun tantangan besar tetap ada dalam mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua belah pihak.