Radio Nasional Malaysia Keliru Sebut Prabowo Sebagai Jokowi Saat Siaran KTT ASEAN

Sahrul

Sebuah momen tak terduga terjadi di sela-sela penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia. Media penyiaran milik pemerintah Malaysia, Radio Televisyen Malaysia (RTM), secara keliru menyebut Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebagai Joko Widodo (Jokowi) ketika menyiarkan kedatangan para pemimpin negara anggota ASEAN.

komentator RTM yang bertugas di lokasi acara tampak menyebut nama Presiden RI Joko Widodo saat kamera menyorot kedatangan Prabowo Subianto bersama rombongan di arena konferensi. Kesalahan itu pun tidak luput dari perhatian sejumlah wartawan internasional yang berada di media center KTT ASEAN, sehingga dengan cepat menjadi bahan pembicaraan di antara jurnalis yang meliput kegiatan tersebut.

Setelah insiden itu mencuat, pihak RTM segera melakukan evaluasi internal untuk menelusuri sumber kesalahan. Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa komentator siaran memang keliru dalam menyebut nama Presiden Republik Indonesia. Seharusnya, Presiden yang hadir dalam forum bergengsi tersebut adalah Prabowo Subianto, bukan Joko Widodo yang sebelumnya menjabat sebagai kepala negara Indonesia hingga 2024.

Permintaan Maaf Resmi dari RTM

Sebagai bentuk tanggung jawab dan profesionalisme lembaga penyiaran publik, RTM langsung menyampaikan permintaan maaf resmi kepada pemerintah Indonesia dan masyarakat atas kekeliruan yang terjadi di tengah siaran langsung.

“Departemen Penyiaran Malaysia menyampaikan permohonan maaf yang tulus atas kesalahan yang terjadi selama siaran langsung RTM dalam rangka KTT Ke-47 ASEAN dan pertemuan terkait yang diadakan di Pusat Konvensi Kuala Lumpur (KLCC),” tulis keterangan yang diterima di Kuala Lumpur.

Pernyataan itu menunjukkan keseriusan RTM dalam menjaga kredibilitasnya sebagai media nasional yang berperan penting dalam penyebaran informasi resmi negara. RTM menegaskan bahwa insiden tersebut murni merupakan kesalahan individu penyiar, bukan bentuk kelalaian sistemik atau sikap tidak hormat terhadap pemimpin negara lain.

Evaluasi dan Komitmen Perbaikan

Insiden ini menjadi pelajaran penting bagi RTM yang selama ini dikenal sebagai lembaga penyiaran dengan reputasi mapan di Malaysia. Dalam keterangannya, pihak RTM menegaskan komitmen untuk memperketat pengawasan editorial serta memperkuat proses pemeriksaan fakta (fact-checking) sebelum informasi disiarkan ke publik.

RTM juga menyampaikan bahwa langkah-langkah korektif akan segera diterapkan, mulai dari peningkatan pelatihan bagi komentator dan penyiar, hingga penerapan prosedur verifikasi berlapis dalam setiap siaran internasional. Langkah tersebut diambil demi menjaga integritas dan akurasi pemberitaan, terutama pada acara berskala global seperti KTT ASEAN.

“RTM menyatakan akan terus memperkuat pengawasan editorial dan proses pemeriksaan fakta untuk memastikan bahwa semua informasi yang disiarkan akurat dan disampaikan dengan integritas,” tulis pernyataan resmi lembaga tersebut.

Sorotan Publik dan Reaksi Warganet

Meskipun telah diklarifikasi dan disertai permintaan maaf resmi, insiden ini tetap menyita perhatian publik di media sosial. Banyak pengguna internet dari Indonesia dan Malaysia yang menanggapi kejadian tersebut dengan beragam reaksi — sebagian menilainya sebagai blunder yang wajar, sementara yang lain menganggapnya sebagai bukti pentingnya ketelitian dalam siaran diplomatik.

Sejumlah komentar bernada ringan pun bermunculan, menyebut bahwa kesalahan penyebutan tersebut bisa dimaklumi mengingat masa transisi kepemimpinan Indonesia yang masih cukup hangat. Namun demikian, bagi kalangan profesional penyiaran, kejadian seperti ini menjadi pengingat bahwa kesalahan kecil di panggung internasional dapat dengan cepat menjadi sorotan global.

Dengan langkah cepat RTM dalam menyampaikan klarifikasi dan janji pembenahan, diharapkan kepercayaan publik tetap terjaga. Insiden ini pun menjadi refleksi bagi seluruh media di kawasan ASEAN untuk selalu menempatkan akurasi dan kehati-hatian sebagai prioritas utama dalam setiap pemberitaan lintas negara.

Also Read

Tags