Rahasia Kekayaan Ahmad Sahroni: Dari Bisnis hingga Pengakuan soal BBM

Sahrul

Nama Ahmad Sahroni kerap menjadi sorotan publik, terutama ketika membicarakan soal pundi-pundi hartanya yang kini mencapai ratusan miliar rupiah. Pasalnya, pria kelahiran 8 Agustus 1977 ini bukan berasal dari keluarga kaya raya atau pewaris harta turun-temurun, melainkan tumbuh dari latar belakang sederhana. Perjalanan hidupnya ibarat mendaki gunung terjal—dimulai dari bawah, penuh peluh, hingga akhirnya bisa meraih status sebagai “crazy rich”.

Bahkan jauh sebelum insiden rumahnya dijarah massa akibat kontroversi ucapan yang menimbulkan kekecewaan, sumber kekayaan Sahroni sudah sering menjadi bahan perbincangan. Tidak jarang pertanyaan seputar asal-usul hartanya muncul di ruang publik.

Seorang pembawa acara televisi bahkan pernah secara terang-terangan menyinggung hal ini. “Kalau tarik lagi ke belakang, orang pasti penasaran, Ahmad Sahroni bisa sekaya ini dari mana sih? Dari sopir doang, ojek payung doang, tukang semir doang, enggak mungkin,” ucap host TV.

Isu miring pun bermunculan. Tak sedikit yang menyebut dirinya sebagai mafia. “Ada yang bilang Ahmad Sahrono mafia ya, gitu,” celetuk sang host.

Yang mengejutkan, Sahroni tidak menepis tudingan itu. Alih-alih marah, ia justru mengakuinya dengan lugas. “Ya bener, mafia gue dulu. Mafia BBM,” jawabnya.

Konotasi ‘Mafia’ yang Dibelokkan

Meski begitu, Sahroni menegaskan bahwa kata mafia yang melekat padanya tidak dimaksudkan dalam arti negatif. Selama ini istilah mafia identik dengan jaringan kriminal rahasia yang kerap dikaitkan dengan kejahatan. Namun ia memilih untuk memaknai istilah itu dari sisi bisnis. “Tapi bukan mafia yang konotasinya itu adalah negatif,” ucapnya.

Menurutnya, aktivitas jual-beli BBM yang dilakukannya saat muda memang sangat menguntungkan. Prinsip yang ia pegang sederhana, seperti hukum dagang pada umumnya: membeli dengan harga serendah-rendahnya lalu menjual dengan nilai setinggi-tingginya. “Namanya bisnis, beli semurah-murahnya, jual semahal-mahalnya. Makanya orang bilang, wah mafia BBM, bener. Ya karena dulu di zaman itu harga minyak memang di Indonesia murah, pada saat kita jual ke kapal asing, itu harganya sudah beda,” jelasnya.

Karena aktivitas menjual BBM ke pihak luar negeri inilah ia kemudian dilekatkan dengan label mafia. “Nah di situlah orang anggap, wah ini mafia BBM,” katanya.

Namun Sahroni sama sekali tak merasa keberatan. Bahkan dengan nada bercanda, ia menegaskan bahwa bisnis itulah yang membuatnya bisa hidup makmur. “Dianulir enggak sama Ahmad Sahroni, enggak. Kita akui kalau kita mafia. Tapi konotasi mafia punya bisnis yang kategori ambil semurah-murahnya, jual semahal-mahalnya,” katanya lagi.

Ia pun menambahkan gurauan yang menunjukkan hasil nyata dari kerja kerasnya. “Kalau enggak mana bisa punya Ferrari,” celetuknya sambil ngakak.

Harta Fantastis dalam Laporan Resmi

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang disampaikan pada 21 Februari 2025 untuk periode 2024, total kekayaan Sahroni tercatat mencapai Rp328.914.784.272 atau setara Rp328 miliar.

Dari jumlah tersebut, aset berupa tanah dan bangunan menyumbang porsi terbesar dengan nilai Rp139 miliar. Properti ini tersebar di beberapa lokasi strategis, mulai dari Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, hingga Badung dan Bali.

Tak hanya itu, ia juga memiliki 28 unit kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Koleksinya bukan kendaraan biasa, melainkan mobil mewah dan klasik seperti Ferrari, Porsche, Tesla, Mustang, serta motor besar Harley Davidson. Jika dijumlahkan, total aset kendaraan tersebut mencapai Rp38 miliar.

Selain itu, ia mencatatkan harta bergerak lain senilai Rp107 miliar, surat berharga Rp60 juta, serta kas dan setara kas Rp78 miliar. Meski demikian, Sahroni juga memiliki kewajiban berupa utang yang tak kalah besar, yakni Rp34 miliar.

Aset yang Dijarah Massa

Sayangnya, sebagian harta berharganya raib ketika rumahnya diserbu massa. Barang-barang mewah dengan nilai fantastis hilang begitu saja. Koleksi patung Iron Man senilai Rp400 juta, berbagai barang bermerek, hingga sebuah brankas berisi dolar Singapura ikut dibawa pergi dan dibagi-bagikan di tempat.

Tak hanya itu, deretan mobil mewah yang menjadi simbol pencapaiannya juga tak luput dari amukan massa hingga rusak parah.

Kisah Ahmad Sahroni menjadi gambaran perjalanan hidup yang penuh paradoks: dari seorang sopir dan tukang semir sepatu, hingga dikenal sebagai mafia BBM dengan harta ratusan miliar. Namun di balik julukan yang melekat, Sahroni tampak ingin menegaskan bahwa keberhasilannya lebih dekat dengan dunia dagang ketimbang dunia kelam kriminalitas.

Also Read

Tags