Rekor Baru Harga Emas, Apa yang Jadi Penyebabnya?

Sahrul

Kilau emas semakin terang di pasar global. Logam mulia ini kembali menorehkan sejarah dengan menembus rekor harga tertinggi sepanjang masa, dan para analis meyakini tren kenaikan ini masih akan berlanjut.

Mengutip Mining.com, Minggu (7/9/2025), kontrak berjangka emas di Amerika Serikat mencapai 3.650 dollar AS per ons untuk pertama kalinya. Angka ini menjadi penanda bahwa emas semakin menjadi incaran di tengah guncangan ekonomi dan ketidakpastian global.

Data Ekonomi AS Jadi Pemicu Awal

Lonjakan harga emas yang memecahkan rekor baru berawal dari laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat pada Jumat (5/9) lalu. Data menunjukkan perekrutan tenaga kerja melambat, sementara tingkat pengangguran naik ke posisi tertinggi sejak 2021. Hal ini menjadi sinyal bahwa mesin tenaga kerja Negeri Paman Sam tengah kehilangan tenaga.

Dampaknya, para pelaku pasar hampir bulat yakin Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 17 September 2025. Probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) kini mencapai 84 persen, sementara peluang pemangkasan lebih agresif hingga 50 bps berada di level 16 persen.

Emas mencapai titik tertinggi baru. Para investor yang optimistis mengamati tren melemahnya lapangan kerja yang jelas-jelas akan berdampak pada beberapa pemangkasan suku bunga,” kata Tai Wong, trader logam independen, kepada Reuters.

Reli Harga: Naik 36 Persen Sepanjang Tahun

Dengan capaian terbaru, emas telah menguat lebih dari 36 persen sejak awal 2025. Logam mulia ini terus diburu karena dianggap sebagai safe haven atau aset pelindung di tengah gelombang risiko geopolitik, ketidakpastian ekonomi, hingga konflik perdagangan yang tak kunjung reda.

Prospek emas memang bullish karena kekhawatiran akan tenaga kerja mengalahkan inflasi dalam jangka pendek, bahkan mungkin menengah. Namun, saya pikir kita masih terlalu jauh dari 4.000 dollar AS kecuali jika terjadi dislokasi besar,” jelas Wong.

The Fed dan Bayang-Bayang Trump

Selain faktor ekonomi, dinamika politik juga ikut menggerakkan harga emas. Para analis menilai kegelisahan atas independensi The Fed menjadi pemicu tambahan. Sorotan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump memecat Gubernur The Fed Lisa Cook dan berulang kali mendesak pemangkasan suku bunga.

Kondisi ini memperbesar spekulasi bahwa emas bisa melonjak lebih tinggi. Analis di Goldman Sachs Group bahkan memperkirakan harga logam mulia dapat mencapai 5.000 dollar AS, jika Trump berhasil mendikte kebijakan bank sentral.

Trump sendiri telah menekan The Fed agar memangkas suku bunga demi mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus menginginkan pelemahan dollar AS agar ekspor lebih kompetitif. Dua skenario ini, menurut pakar, justru membuat emas semakin menggoda bagi investor.

Jika suku bunga naik, emas menjadi kurang menarik karena saya bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan menyimpannya di aset berbunga, seperti rekening bank. Namun, jika suku bunga turun, bunga yang saya terima lebih sedikit, membuat emas relatif lebih menarik untuk dimiliki,” jelas Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com, kepada Al Jazeera.

Faktor Global Perkuat Reli

Selain kondisi di AS, situasi ekonomi di berbagai belahan dunia juga menambah tekanan. Nilai tukar poundsterling Inggris dan yen Jepang melemah, dipicu kekhawatiran atas stabilitas fiskal. Di Jepang, ketidakpastian politik turut membebani kurs yen.

Ketika mata uang Anda kehilangan nilai, emas dipandang sebagai aset yang baik untuk melindungi dari risiko inflasi karena, tidak seperti mata uang, pasokan emas lebih terbatas dan oleh karena itu kurang rentan terhadap dilusi harga. Hal ini juga berlaku untuk negara-negara lain, seperti Turki dan Mesir,” ujar Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade, Australia.

Selain itu, kebijakan perdagangan Trump juga melemahkan kepercayaan global pada aset berdenominasi dollar AS. Banyak negara yang sebelumnya menaruh cadangan devisa dalam bentuk obligasi AS kini beralih membeli emas batangan sebagai tempat penyimpanan nilai.

Umumnya, suatu negara akan menggunakan dollar AS ini untuk membeli obligasi pemerintah untuk menyimpan uang di tempat yang aman dan mendapatkan suku bunga darinya,” papar Rodda.

Namun, karena ketidakpastian meningkat, banyak negara memilih menukar cadangan dollar mereka dengan emas. Alhasil, harga logam mulia terus melonjak, seolah menjadi mercusuar yang memandu investor di tengah kabut ketidakpastian global.

Also Read

Tags