Kontroversi mengenai keaslian ijazah Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali mencuat usai reuni alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Fakultas Kehutanan angkatan 1980. Momen tersebut justru memantik komentar kontras dari dua kubu, yakni pihak pendukung Jokowi dan para pengkritiknya.
Wakil Ketua Umum Relawan Pro Jokowi (Projo), Fredy Damanik, menilai pihak-pihak yang meragukan ijazah Jokowi cenderung meyakini kebenaran versi mereka sendiri. Ia menggambarkan sikap tersebut seperti orang yang hanya mau melihat satu sudut pandang dan menutup mata dari fakta yang sudah diputuskan pengadilan.
“Malah mereka akan membangun narasi negatif dan menyerang Pak Jokowi. Misalnya mereka akan mengatakan pertemuan alumni tersebut sebagai setting-an permintaan Pak Jokowi. Intinya mereka tidak akan pernah menerima fakta, saksi, bukti dan kebenaran yang mendukung kebenaran dan keaslian ijazah Pak Jokowi,” kata Ferdy.
Ia menambahkan, keraguan tersebut datang dari kelompok yang sama sejak awal isu ini berhembus. “Mereka hanya akan mau menerima kebenaran versi mereka, yaitu di mana mereka akan mendukung orang-orang yang percaya dengan mereka saja, padahal orang-orangnya itu-itu saja, sesama pembenci Pak Jokowi,” imbuhnya.
Menurut Fredy, dalam reuni UGM tersebut, Jokowi justru tampak santai menanggapi tudingan terkait ijazahnya. Alih-alih merasa tertekan, Jokowi disebut menjadikan tuduhan itu sebagai candaan.
“Dalam sambutannya, kelihatan Pak Jokowi menjadikan tudingan ijazah palsu hanya sebagai guyonan. Jadi memang sejak awal, Pak Jokowi tidak pernah menganggap tudingan ijazah palsu sebagai beban, karena semua ijazahnya memang asli dan dipegangnya,” ucapnya.
Di sisi lain, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo Notodiprojo, tetap bersikeras bahwa kehadiran Jokowi dalam acara tersebut tidak mengubah pandangannya. Ia bahkan menegaskan, hipotesisnya mengenai skripsi Jokowi tetap sama meskipun sang presiden hadir langsung di kampus almamaternya.
“Kunjungan tadi tidak mengubah apa pun hasil hipotesis sebelumnya, skripsi 99,9 persen palsu, tidak akan bisa terbit ijazah asli,” kata Roy Suryo saat dihubungi, Sabtu (26/7/2025).
Roy juga mengkritik cara Jokowi hadir di reuni itu. Menurutnya, Jokowi datang bukan sebagai alumni, melainkan sebagai pejabat negara. “Bajunya beda, hanya datang singkat di Fakultas Kehutanan, bukan di acara intinya, di Wanagama seperti yang lain-lainnya,” tegas dia.
Ia menilai kehadiran Jokowi sebagai upaya meyakinkan publik mengenai dosen pembimbing dan penguji skripsinya. “Buat apa? Kan aneh malahan. Dia juga berusaha cerita nama-nama teman saat KKN: Yohana (Hukum), Lience (Biologi), Alm. Eko (Geodesi) dan sebagainya. Tapi, tanpa bukti, hanya narasi saja. Tidak ada nilainya,” tegas dia.
Roy pun tetap menyoroti klaim Jokowi mengenai siapa dosen pembimbing skripsinya. “Padahal Pak Kasmudjo sudah jelas membantah, baik selalu dosen pembimbing maupun dosen akademik,” jelasnya.