Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali memuncak, ditandai dengan rentetan serangan balasan menggunakan pesawat nirawak (drone) serta rudal yang mengguncang berbagai wilayah kedua negara. Sejak awal pekan ini, aksi saling serang tersebut bak pusaran api yang terus membesar, seiring upaya masing-masing pihak untuk membalas dan menunjukkan keunggulan di medan tempur.
Gelombang awal serangan dipicu oleh langkah Ukraina yang, dalam sebuah operasi rahasia berjuluk ‘jaringan laba-laba’, meluncurkan sebanyak 117 drone ke wilayah Rusia pada Senin (2/6) dini hari. Serangan besar-besaran ini diklaim berhasil melumpuhkan 40 unit jet tempur di empat pangkalan militer strategis milik Rusia.
Sementara itu, sehari sebelumnya, Rusia menuduh Ukraina berada di balik ledakan jembatan perbatasan di Bryansk yang menyebabkan kereta api penumpang tergelincir dan menewaskan 7 orang pada Minggu (1/6). Ledakan tersebut memperkeruh suasana yang telah memanas.
“Para teroris, yang bertindak atas perintah rezim Kyiv, merencanakan segalanya dengan sangat presisi sehingga ratusan warga sipil yang tidak bersalah akan menjadi sasaran serangan mereka,” demikian pernyataan Komite Investigasi Rusia yang diunggah di Telegram, sebagaimana dilansir oleh AFP, Selasa (3/6/2025).
Meski belum secara eksplisit menyalahkan Kyiv, Moskow menggambarkan insiden itu sebagai aksi terorisme.
Serangan Balasan Rusia
Sebagai respons, Rusia tidak tinggal diam. Pada Kamis (5/6), Moskow kembali melancarkan serangan drone ke arah Ukraina, menargetkan kota Pryluky di bagian utara negara tersebut. Akibat serangan itu, 5 warga sipil tewas dan 6 lainnya mengalami luka-luka.
Tak berhenti di situ, gelombang serangan balasan lebih dahsyat terjadi keesokan harinya, Jumat (6/6). Rusia mengerahkan kombinasi rudal dan pesawat nirawak dalam sebuah serangan intensif yang mengguncang ibu kota Ukraina, Kyiv.
Menurut laporan Reuters, serangan ini terjadi tidak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengirimkan pesan peringatan melalui mantan Presiden AS Donald Trump, menegaskan bahwa Moskow akan melakukan pembalasan setelah drone Ukraina sukses menghancurkan beberapa pesawat pembom strategis di kedalaman wilayah Rusia.
Dampak di Kyiv
Vitali Klitschko, Wali Kota Kyiv, melaporkan dampak tragis serangan tersebut. “Setidaknya 20 orang terluka, 16 di antaranya dirawat di rumah sakit. Selain itu, empat orang dilaporkan tewas,” ungkap Klitschko.
Akibat serangan yang mengguncang ibu kota itu, sistem transportasi metro sempat lumpuh. Militer Ukraina melaporkan bahwa kereta antar stasiun metro terganggu karena beberapa bagian jalur mengalami kerusakan.
Di distrik Solomenskiy, sebuah drone Rusia menabrak sisi sebuah gedung apartemen. Dampaknya cukup parah; bangunan tersebut kini menganga dengan lubang besar dan bekas luka bakar yang menghitam di dindingnya. Pemandangan memilukan ini disaksikan langsung oleh fotografer Reuters yang meliput di lokasi kejadian.
Perang yang Kian Memanas
Serangan yang saling berbalas ini menunjukkan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina masih jauh dari kata usai. Seperti api yang tersulut di padang kering, tiap aksi satu pihak seolah menjadi pemicu kobaran baru di pihak lain.
Dengan jumlah korban yang terus bertambah dan infrastruktur sipil yang menjadi sasaran, kekhawatiran dunia internasional atas eskalasi konflik semakin meningkat. Hingga kini belum ada tanda-tanda kedua belah pihak akan menahan diri di tengah perang bayangan yang makin kerap menggunakan teknologi drone dan rudal untuk saling menyerang jantung pertahanan lawan.