Batuk rejan, atau yang dikenal juga dengan nama pertusis, merupakan penyakit pernapasan yang umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini juga dapat dipicu oleh bakteri Bordetella parapertussis, yang memiliki kesamaan genetik dengan Bordetella pertussis, meskipun biasanya menyebabkan gejala yang lebih ringan.
Batuk rejan umumnya diawali dengan gejala yang menyerupai flu biasa atau common cold, seperti hidung tersumbat, demam ringan, serta seringnya bersin. Pada tahap awal ini, tanda-tanda penyakit sering kali tidak terlalu mencolok, sehingga sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan ringan lainnya.
Namun, seiring berjalannya waktu, batuk yang awalnya ringan akan berkembang menjadi gejala khas yang lebih parah, ditandai dengan serangan batuk hebat yang datang secara berulang dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Menurut Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, seorang ahli penyakit dalam dari Universitas Indonesia, batuk rejan terdiri dari dua fase utama, yaitu fase kataralis dan fase paroksismal. Masing-masing fase ini memiliki ciri khas yang berbeda.
“Pada fase awal atau fase kataralis, gejala biasanya berlangsung selama 1–2 minggu, meliputi demam ringan, pilek, hidung tersumbat, mata merah berair, serta batuk ringan, terutama di malam hari,” ujarnya.
Namun, jika tidak ditangani dengan tepat, batuk rejan dapat berkembang ke tahap yang lebih parah, yaitu fase paroksismal, yang berlangsung antara 1 hingga 6 minggu.
Prof. Ari menjelaskan bahwa pada fase paroksismal, gejala batuk rejan dapat semakin memburuk, dengan ciri khas batuk yang keras dan terus-menerus. Batuk ini sering kali disertai dengan bunyi ‘whoop’ yang terdengar ketika penderita mencoba menarik napas panjang setelah serangan batuk.
“Gejala lain termasuk dada terasa nyeri saat batuk, kelelahan, muntah setelah batuk, serta kesulitan bernapas. Pada kasus yang parah, wajah penderita bisa terlihat kemerahan atau kebiruan saat batuk,” imbuhnya.
Dengan memahami tahapan perkembangan serta tanda-tanda khas batuk rejan, diharapkan masyarakat dapat lebih cepat mengenali gejala dan segera mencari pengobatan medis.
Prof. Ari mengingatkan agar masyarakat senantiasa menjaga pola makan sehat dengan mengonsumsi sayur dan buah-buahan secara rutin. Konsumsi makanan bergizi ini berperan penting dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh lebih tahan terhadap berbagai penyakit, termasuk batuk rejan.
Selain itu, Prof. Ari juga menyarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin yang mengandung multivitamin dan mineral, guna mendukung kesehatan tubuh dan meningkatkan daya tahan.
Bagi masyarakat yang merencanakan perjalanan atau berlibur, Prof. Ari menekankan pentingnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Ia juga mengingatkan agar selalu mempersiapkan pakaian hangat, seperti jaket tebal, saat bepergian ke daerah dengan cuaca dingin.