Ketegangan yang melanda Timur Tengah kembali memanas setelah kelompok Houthi mengumumkan bahwa mereka telah menargetkan dua kapal induk milik Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap serangan udara AS yang menewaskan sedikitnya 80 orang di Yaman. Serangan ini, yang menjadi balasan atas tindakan militer AS, merupakan bagian dari eskalasi konflik yang semakin meningkat di kawasan tersebut.
Awal Mula Ketegangan: Pengiriman Kapal Induk AS ke Timur Tengah
Ketegangan ini bermula setelah militer AS kembali mengerahkan kapal induk USS Harry S Truman ke wilayah Timur Tengah. Pengerahan kapal tersebut diumumkan hanya sehari setelah Washington secara resmi menyatakan kelompok Houthi sebagai organisasi teroris asing. Kapal induk USS Harry S Truman sebelumnya telah meninggalkan Laut Merah dan berlabuh di Teluk Souda setelah melakukan operasi tempur selama dua bulan di kawasan tersebut.
Pengumuman pengerahan kapal induk AS ini datang setelah kelompok Houthi pada 4 Maret 2025 mengklaim berhasil menembak jatuh sebuah drone MQ-9 Reaper milik AS yang sedang beroperasi di langit Yaman. Drone tersebut, yang sedang menjalankan misi untuk mendukung Operasi Poseidon Archer, diduga menjadi sasaran Houthi.
Serangan terhadap Pelabuhan Ras Issa: 80 Nyawa Melayang
Konflik semakin memanas ketika pada 17 April 2025, militer AS melancarkan serangan udara yang menghancurkan pelabuhan bahan bakar Ras Issa di Yaman. Serangan ini, menurut militer AS, bertujuan untuk memutuskan pasokan yang digunakan oleh kelompok Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman. Akibat serangan ini, 80 orang dilaporkan tewas, dengan lebih dari 150 orang lainnya terluka. Serangan ini memperburuk kondisi kemanusiaan di negara termiskin di Jazirah Arab tersebut.
Tanggapan dari Iran dan Hamas: Kecaman Keras terhadap AS
Tindakan AS ini memicu kecaman dari berbagai pihak. Iran, yang merupakan sekutu Houthi, mengecam keras serangan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeili Baqaei, menyebut serangan udara tersebut sebagai tindakan biadab. Hamas, kelompok yang menguasai Jalur Gaza dan juga merupakan sekutu Houthi, turut mengkritik keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan Yaman dan kejahatan perang.
Houthi Balas Serangan: Kapal Induk AS dan Israel Jadi Sasaran
Sebagai respons terhadap serangan AS yang menewaskan puluhan orang di Yaman, kelompok Houthi mengumumkan bahwa mereka kini menargetkan dua kapal induk milik AS di kawasan tersebut. “Peningkatan kekuatan Amerika dan agresi yang terus berlanjut terhadap negara kita hanya akan menyebabkan lebih banyak serangan balik dan operasi penyerangan, bentrokan, dan konfrontasi,” ujar juru bicara militer Houthi, Yahya Saree.
Selain itu, Houthi juga menyatakan telah menargetkan sebuah lokasi militer di dekat bandara utama Israel. Saree menegaskan bahwa serangan terhadap kapal induk AS dan wilayah Israel ini merupakan bentuk balasan dari serangan-serangan yang dilancarkan oleh AS di Yaman.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pihak AS maupun Israel terkait ancaman dan serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi.
Puncak Ketegangan yang Mengancam Stabilitas Kawasan
Serangkaian serangan ini menggambarkan ketegangan yang semakin mendalam antara berbagai kekuatan besar di Timur Tengah. Ketidakstabilan yang terjadi di Yaman, ditambah dengan keterlibatan kekuatan eksternal seperti AS, Iran, dan Israel, hanya semakin memperburuk situasi yang sudah tegang di kawasan tersebut. Apa yang dimulai dengan aksi balasan kini berpotensi menjadi eskalasi konflik yang lebih luas, yang dapat merembet ke negara-negara lain di kawasan yang sangat rentan ini.