Setelah Inggris, Israel Kini Kritik Kanada soal Rencana Pengakuan Palestina

Sahrul

Ketegangan diplomatik kembali memanas setelah Israel melontarkan kecaman keras kepada Kanada yang berencana mengakui Negara Palestina dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) September mendatang. Langkah Kanada ini mengikuti jejak Inggris dan Prancis yang sebelumnya telah menyatakan niat serupa.

Pernyataan tegas itu disampaikan Kementerian Luar Negeri Israel melalui siaran resmi sekaligus unggahan di platform X pada Kamis (31/7/2025). Dalam keterangan tersebut, Israel menuding keputusan Kanada sebagai bentuk dukungan terhadap kelompok Hamas.

“Israel menolak pernyataan Perdana Menteri Kanada. Perubahan posisi pemerintah Kanada di situasi sekarang menjadi hadiah untuk Hamas,” tulis Kemlu Israel.

Berlawan Arah dengan Upaya Gencatan Senjata

Israel menilai kebijakan Kanada tidak sejalan dengan proses negosiasi yang tengah diupayakan, terutama terkait perjanjian gencatan senjata dan pemulangan sandera. Menurut klaim mereka, keputusan ini justru dapat mengganggu proses yang sudah berjalan.

Media Al Jazeera melaporkan, Israel berpendapat pengakuan Palestina oleh Kanada maupun negara lain bisa menghambat jalur diplomasi yang sedang ditempuh.

Netanyahu: Palestina Bukan untuk Hidup Berdampingan

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengutarakan sikap kerasnya terhadap pendirian negara Palestina. Ia menegaskan bahwa selama karier politiknya, ia berupaya mencegah pengakuan terhadap Palestina.

Netanyahu bahkan berkeyakinan, “Negara Palestina dalam kondisi seperti ini hanya akan menjadi landasan peluncuran untuk menghancurkan Israel, bukan untuk hidup berdampingan.”

Dalam pandangannya, Palestina tidak menginginkan negara yang berdiri berdampingan dengan Israel, melainkan negara tanpa keberadaan Israel. Keyakinan ini jelas bertentangan dengan konsep solusi dua negara, yang selama ini dianggap sebagai jalan tengah untuk mengakhiri konflik panjang di kawasan tersebut.

Tekanan Internasional Kian Menguat

Keputusan Kanada, Inggris, dan Prancis untuk mengakui Palestina dipandang sebagai sinyal meningkatnya tekanan global terhadap Israel. Langkah tersebut diharapkan mampu mendesak Israel mengakhiri agresinya di Jalur Gaza, yang hingga kini masih berlangsung tanpa henti.

Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk: kelaparan massal meluas, serangan udara tak kunjung berhenti, dan bantuan kemanusiaan masih terhambat akibat blokade ketat Israel.

Harapan terhadap Pengakuan Tanpa Syarat

Meski rencana pengakuan dari tiga negara besar ini mendapat sambutan positif dari sebagian masyarakat internasional, sejumlah pengamat berharap langkah tersebut dilakukan tanpa syarat. Mereka menilai, pengakuan seharusnya tidak dijadikan alat tawar-menawar politik, terutama terkait kebijakan Amerika Serikat yang kerap menjadi mediator utama konflik Israel-Palestina.

Ketegangan ini menandai babak baru dinamika diplomasi global, di mana tekanan untuk mengakhiri konflik dan mengakui kedaulatan Palestina semakin kencang. Namun di sisi lain, Israel tetap bersikeras pada pendiriannya, menolak setiap langkah yang dianggap mengancam keberadaannya.

Also Read

Tags