Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza kembali menjadi sorotan tajam dunia internasional. Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, menggambarkan kondisi di wilayah yang dilanda perang itu sebagai sesuatu yang berada “di luar imajinasi”, seraya mendorong Israel untuk segera mengambil tindakan nyata guna meredakan penderitaan warga sipil.
Pernyataan tegas Wadephul itu disampaikan saat konferensi pers di Yerusalem pada Kamis (31/7), usai mengadakan pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Gideon Saar. Dalam pernyataannya, ia menegaskan,
“Bencana kemanusiaan di Gaza di luar imajinasi.”
Tekanan Internasional Semakin Meningkat
Berlin, yang selama ini memiliki hubungan erat dengan Israel, kini tampak memperkuat tekanan diplomatik terhadap Tel Aviv di tengah kritik global yang terus membesar. Wadephul mendesak pemerintah Israel untuk segera mengirim bantuan kemanusiaan dan medis dalam jumlah memadai demi mencegah kelaparan yang berujung kematian massal.
Israel harus “dengan cepat dan secara aman mengirimkan bantuan kemanusiaan dan medis yang mencukupi untuk menghindari kematian massal” akibat kelaparan di Jalur Gaza, tegasnya.
Ia juga mengecam situasi tragis di lapangan, menyebut bahwa,
“benar-benar tidak dapat ditoleransi” ketika “pria, wanita, dan anak-anak terbunuh setiap hari saat mati-matian mencari makanan.”
Laporan dari para pakar yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan kelaparan kini meluas di Gaza, sementara desakan gencatan senjata terus menggema dari berbagai belahan dunia.
Isu Pengakuan Negara Palestina
Sementara itu, dinamika politik global juga bergeser. Kanada baru saja mengikuti jejak Prancis dan Inggris untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka. Namun, Jerman masih mempertahankan sikapnya untuk menunggu hasil perundingan damai antara Israel dan Palestina sebelum memberikan pengakuan serupa.
“Kami melihat pengakuan negara Palestina pada akhir proses negosiasi, sebuah proses yang harus segera dimulai,” sebut Wadephul.
Ia memperingatkan adanya potensi kesenjangan sikap antara Israel dan Uni Eropa, yang menurutnya perlu segera dijembatani.
“Kami membutuhkan kejelasan dari Israel bahwa tidak ada kebijakan pengusiran, tidak ada kebijakan aneksasi. Menurut penilaian saya, kita berada dalam fase yang menentukan, di mana Jerman harus mengambil sikap,” ucap Wadephul.
Ancaman Aneksasi dan Respons Jerman
Ketegangan kian meningkat setelah mayoritas anggota parlemen Israel pekan lalu meloloskan mosi tidak mengikat yang mendorong pemerintah untuk menganeksasi wilayah Tepi Barat. Beberapa anggota koalisi sayap kanan Netanyahu bahkan terang-terangan mendukung pendudukan jangka panjang atas Jalur Gaza.
Selama hampir dua tahun terakhir, Jalur Gaza terus diguncang perang yang menimbulkan krisis kemanusiaan besar-besaran. Jerman, yang konsisten menolak kebijakan aneksasi Israel, berulang kali mendesak agar kedua pihak segera menghentikan permusuhan dan mencapai kesepakatan gencatan senjata demi menghentikan derita warga sipil.