Pertempuran sengit yang sempat berkecamuk di perbatasan Thailand-Kamboja akhirnya mereda. Kedua negara resmi mencapai kesepakatan untuk menghentikan semua aksi militer tanpa prasyarat apa pun, sebuah langkah yang diharapkan menjadi awal menuju pemulihan perdamaian setelah lima hari bentrokan yang merenggut puluhan nyawa dan memaksa ribuan warga sipil meninggalkan rumah mereka.
Kesepakatan Perdamaian di Tengah Krisis
Kesepakatan ini dicapai usai serangkaian negosiasi intensif yang berlangsung di Kuala Lumpur. Pertemuan tersebut diwarnai kehadiran para pemimpin kawasan, termasuk Malaysia yang turut berperan sebagai fasilitator perdamaian.
“Ini adalah langkah awal yang vital menuju de-eskalasi dan pemulihan perdamaian dan keamanan,” kata Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, didampingi oleh rekan-rekannya dari Thailand dan Kamboja, saat ia mengumumkan bahwa permusuhan akan berakhir pada tengah malam.
Gencatan senjata ini menjadi momen krusial setelah kedua negara sebelumnya saling melancarkan tembakan artileri dan roket di daerah perbatasan. Situasi memanas sejak awal Mei ketika insiden penembakan yang menewaskan seorang tentara Kamboja memicu eskalasi konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun akibat sengketa batas wilayah.
Dampak Kemanusiaan dan Ketegangan Diplomatik
Konflik yang berlangsung hampir sepekan ini menimbulkan korban jiwa sedikitnya 33 orang serta menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi ke daerah yang lebih aman. Tidak hanya prajurit, korban tewas juga berasal dari kalangan sipil, termasuk delapan warga Kamboja yang meninggal akibat hantaman roket di pemukiman mereka.
Thailand sempat memperketat akses keluar-masuk perbatasan, membatasi perjalanan warganya ke Kamboja. Sebaliknya, Kamboja memberlakukan larangan terhadap beberapa produk impor asal Thailand, seperti buah-buahan, pasokan listrik, hingga layanan internet. Ketegangan tersebut juga mengakibatkan ratusan ribu pekerja migran asal Kamboja pulang ke negaranya sejak konflik kembali memanas.
Puncak eskalasi terjadi saat seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ranjau darat. Peristiwa itu memicu reaksi keras Thailand yang kemudian menutup sejumlah jalur lintas batas, mengusir duta besar Kamboja, sekaligus menarik duta besar mereka sendiri dari Phnom Penh.
Peran Diplomasi Internasional
Thailand awalnya menolak tawaran mediasi internasional. Namun, sikap itu berubah setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi peringatan bahwa negosiasi tarif perdagangan tidak akan dilanjutkan jika pertempuran terus berlanjut. Dorongan ini menjadi salah satu faktor yang mempercepat kesepakatan gencatan senjata antara kedua negara.
Meski perundingan damai sedang berlangsung, kontak senjata tetap terdengar di kawasan perbatasan hingga beberapa jam sebelum kesepakatan diumumkan. Kedua pihak saling menyalahkan sebagai pemicu awal pecahnya pertempuran Kamis pagi lalu.