Trump Terus Tekan China dalam Perang Dagang yang Semakin Memanas

Sahrul

Pemerintahan Presiden Donald Trump semakin memperketat kebijakan perdagangan dengan China, kali ini dengan meningkatkan tarif impor menjadi 145% untuk barang-barang asal Negeri Tirai Bambu. Langkah drastis ini merupakan kombinasi dari tarif resiprokal yang baru diumumkan, ditambah dengan bea masuk terkait fentanil sebesar 20% yang sudah diberlakukan sejak Februari.

Menurut konfirmasi seorang pejabat Gedung Putih yang dilansir dari CNBC pada Jumat (11/4/2025), tarif AS untuk barang-barang China kini menembus angka 145%. Kenaikan tarif ini meliputi kenaikan tarif sebelumnya dari 104% menjadi 125%, yang diumumkan oleh Trump pada hari Rabu, ditambah dengan pajak tambahan 20% yang dikenakan pada produk terkait fentanil.

Pengenaan tarif yang begitu tinggi merupakan bagian dari upaya Trump untuk mengatasi defisit perdagangan yang cukup besar antara kedua negara. Meski ia mengakui bahwa langkah ini dapat menimbulkan tantangan transisi bagi ekonomi global, Trump tetap optimis bahwa kebijakan tersebut akan membawa hasil yang positif dalam jangka panjang. “Akan ada biaya transisi dan masalah transisi, tetapi pada akhirnya semuanya akan menjadi hal yang indah. Kami dalam kondisi yang sangat baik,” ujar Trump dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.

Tak hanya itu, Trump juga menunjukkan sikap terbuka mengenai kemungkinan negosiasi dengan China. Ia menyatakan fleksibilitasnya terhadap pengecualian tarif bagi negara atau perusahaan tertentu, termasuk batas bawah 10% yang ia terapkan untuk semua mitra dagang. “Beberapa negara, kita memiliki defisit besar dengan kita atau mereka memiliki surplus besar dengan kita, dan yang lain tidak seperti itu—jadi itu tergantung,” lanjut Trump.

Selain itu, Trump juga mencatat bahwa ia berencana untuk menghapus hambatan non-tarif, bahkan dengan negara-negara yang memiliki surplus perdagangan besar. Namun, ia menegaskan bahwa jika kesepakatan yang dicapai dalam periode tiga bulan mendatang tidak memadai, ia akan kembali memberlakukan tarif yang jauh lebih tinggi.

Sejak awal, hubungan perdagangan antara AS dan China telah diwarnai oleh ketidakseimbangan yang signifikan dalam neraca perdagangan. Berdasarkan data yang dilansir oleh CNN, pada tahun 2024, AS mengekspor barang senilai USD 199 miliar ke China, sementara mereka mengimpor barang dari China hingga mencapai USD 463 miliar. Neraca perdagangan ini menunjukkan defisit yang sangat besar bagi AS.

Beberapa komoditas utama yang diekspor AS ke China meliputi kacang kedelai, pesawat terbang, farmasi, dan semikonduktor. Sementara itu, produk yang banyak diimpor AS dari China termasuk ponsel, komputer, mainan, dan pakaian. Sejak 2022, China telah menjadi sumber impor terbesar bagi AS, mengingat peranannya sebagai raksasa manufaktur dunia.

Langkah-langkah yang diambil oleh Trump ini tidak hanya menandakan ketegasan dalam negosiasi perdagangan, tetapi juga menyoroti ambisinya untuk mengembalikan keseimbangan dalam hubungan ekonomi dengan China, yang dianggap telah merugikan AS dalam jangka panjang.

Also Read

Tags

Leave a Comment