Elon Musk Rugi Besar! Kekayaan Susut Rp195 Triliun Gara-Gara Manuver Politik

Sahrul

Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk, kembali jadi sorotan, bukan karena lompatan inovasi teknologi, melainkan karena keputusannya yang mengguncang dunia politik. Akibatnya, kekayaannya menyusut drastis—menguap bak kabut pagi—hingga mencapai 12 miliar dolar AS atau sekitar Rp195,3 triliun (mengacu kurs Rp16.274 per dolar AS) hanya dalam satu hari perdagangan pada Senin (7/7/2025).

Menurut laporan Forbes, aksi politik Musk yang belakangan ini makin intens, dinilai telah mengalihkan fokusnya dari jantung operasional bisnis, terutama Tesla. Para pemodal pun mulai menunjukkan tanda-tanda jenuh, bahkan ada yang menarik diri secara halus namun tegas.

Kejatuhan saham Tesla mencapai 7 persen, atau turun sekitar 21 dolar AS per lembar, dipicu pengumuman mengejutkan dari Musk yang mendirikan partai baru bernama America Party. Langkah ini bukan hanya mengguncang dunia politik, tapi juga memicu riak ketegangan baru antara dirinya dan Presiden AS Donald Trump.

Padahal, Musk sebelumnya diketahui menjadi pendukung utama Trump, bahkan menyumbang hingga 288 juta dolar AS (sekitar Rp4,7 triliun) pada pemilu tahun lalu. Kini, hubungan mereka ibarat dua kutub magnet yang saling tolak.

Investor Menarik Rem Darurat

Dalam catatan yang ditujukan kepada para klien, analis dari William Blair, Jed Dorsheimer, menyampaikan bahwa investor tampaknya mulai kehilangan kesabaran terhadap gangguan non-bisnis yang ditimbulkan Musk.

“Keterlibatan Musk yang semakin dalam dalam politik dan kini mencoba menghadapi kelompok elite di Washington adalah arah yang sepenuhnya bertentangan dengan harapan investor dan pemegang saham Tesla,” tulis analis Dan Ives dari Wedbush.

Sebagai imbas dari ketegangan politik dan regulasi yang tak lagi menguntungkan, Dorsheimer bahkan menurunkan rekomendasi saham Tesla dari “beli” menjadi “tahan”. Ia juga menyoroti megabill yang baru saja disahkan pemerintahan Trump, yang dinilai merugikan industri kendaraan listrik secara umum.

Meskipun kekayaan Musk anjlok signifikan, ia tetap berada di puncak daftar orang terkaya dunia, dengan nilai kekayaan sekitar 393 miliar dolar AS atau Rp6.391 triliun, masih unggul jauh—lebih dari 100 miliar dolar AS—dari pesaing terdekatnya.

Namun, bayang-bayang awan gelap masih menyelimuti Tesla. Sejak Trump resmi menjabat kembali pada Januari lalu, saham Tesla sudah kehilangan sekitar 31 persen nilainya, berbanding terbalik dengan S&P 500 yang justru tumbuh 4 persen dalam periode yang sama.

Popularitas Musk Terjun Bebas

Bukan hanya pasar modal yang memberi reaksi negatif. Di ranah publik, citra Musk juga mengalami degradasi. Berdasarkan data jajak pendapat yang dikumpulkan oleh Silver Bulletin, kini 55 persen warga AS memiliki pandangan negatif terhadap sosok Musk—naik drastis dari 45 persen pada akhir tahun lalu.

Yang menarik, penurunan persepsi itu merata, tak mengenal batas partai politik—baik dari kalangan Demokrat, Republik, maupun independen semuanya mencatat penurunan kepercayaan terhadap Musk selama semester pertama tahun ini.

Dampak Langsung pada Tesla

Bayangan keraguan terhadap Musk perlahan menjalar ke performa perusahaan. Tesla melaporkan penurunan pengiriman kendaraan paling parah dalam sejarah mereka untuk dua kuartal pertama tahun ini.

Laporan terbaru dari JP Morgan menyebut situasi ini sebagai sinyal bahaya.

“Tren ini sebagai ‘mengkhawatirkan’, dan memperkirakan 2025 akan menjadi tahun terburuk bagi Tesla dalam hal pengiriman sejak 2022,” sebut laporan itu.

Hubungan Musk–Trump Retak, Saling Sindir di Publik

Ketegangan antara Musk dan Trump mencapai titik didih sejak Juni lalu, saat Musk secara terbuka menolak paket belanja besar-besaran yang diajukan Trump. Menurut proyeksi dari Kantor Anggaran Kongres (CBO), program tersebut akan menambah beban utang nasional AS hingga 3,4 triliun dolar AS atau setara Rp55.331 triliun.

Trump pun tidak tinggal diam. Dalam sebuah pernyataan publik, ia menyebut Musk sebagai “gagal total.” Tak lama setelahnya, Musk membalas lewat unggahan yang kini telah dihapus, menuduh pemerintahan Trump menyembunyikan “isi asli dari dokumen Epstein Files”, yang berkaitan dengan skandal mendiang Jeffrey Epstein.

Meski masih menduduki puncak piramida orang terkaya dunia, langkah politik Musk kini mulai menimbulkan gelombang yang bukan hanya menggoyang pasar, tapi juga reputasinya sendiri. Pertanyaannya: apakah ini bagian dari strategi jangka panjang atau justru langkah zig-zag yang akan menjerumuskannya ke jurang ketidakpastian?

Also Read

Tags

Leave a Comment