Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 4,87% di Kuartal I 2025, Sri Mulyani Berikan Penjelasan

Sahrul

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, memberikan pandangannya terkait pertumbuhan ekonomi yang tercatat sebesar 4,87% (yoy) pada kuartal pertama tahun 2025. Menurutnya, angka tersebut mencerminkan ketahanan ekonomi Indonesia yang cukup tangguh, mengingat berbagai tantangan global yang menghantui.

“Di tengah berbagai tantangan seperti pelambatan ekonomi global dan ketidakpastian yang terjadi, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan performa yang cukup stabil. Optimisme tetap dijaga berkat komitmen pemerintah untuk memastikan APBN bekerja maksimal, tak hanya untuk melindungi masyarakat, tetapi juga untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Sri Mulyani dalam pernyataannya pada Selasa (6/5/2025).

Meski begitu, Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa ke depan, dinamika ekonomi global yang semakin kompleks menuntut Indonesia untuk terus melakukan pemantauan secara berkala dan merencanakan langkah-langkah mitigasi dampak ketidakpastian. Ini meliputi upaya deregulasi, pembentukan satgas ketenagakerjaan, serta strategi yang lebih tajam untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Pemerintah, lanjut Sri Mulyani, juga sudah melakukan berbagai upaya internasional untuk menghadapi tantangan geopolitik. Salah satunya adalah dengan melakukan negosiasi bilateral dan memperkuat kerja sama di forum-forum multilateral. Pada bulan April 2025, pemerintah juga berpartisipasi dalam Spring Meeting, Pertemuan G20, Sidang Tahunan ADB, dan Pertemuan ASEAN+3 Finance Ministers’ and Central Bank Governors’ Meeting.

Dalam rangka memperluas pasar ekspor, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pemerintah telah memetakan produk unggulan untuk pasar ASEAN+3, Uni Eropa, dan BRICS, yang diharapkan dapat membuka peluang ekspor baru.

Di tingkat domestik, tantangan global ini seakan menjadi pemicu untuk meningkatkan kolaborasi antar kementerian dan lembaga, dengan melakukan deregulasi guna mengatasi hambatan perdagangan dan investasi, terutama yang berasal dari luar negeri. Ini juga bertujuan untuk membuka peluang pasar bagi sektor-sektor yang lebih bernilai tambah dan memiliki potensi lebih besar.

Salah satu program prioritas yang terus diperluas adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar kalangan masyarakat kurang mampu. Di sektor perumahan, dukungan untuk perumahan juga diperbesar melalui insentif perpajakan, dengan peran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang ditingkatkan, melampaui target 220 ribu unit.

Mengenai konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa angka tersebut tumbuh sebesar 4,89%, didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat, khususnya saat liburan tahun baru serta pergeseran libur Ramadan dan Idulfitri yang berimbas pada kuartal I 2025. Berbagai insentif fiskal, termasuk pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), diskon tarif listrik, dan PPN DTP untuk properti, turut menjaga daya beli masyarakat.

“Pemerintah telah berhasil menjaga daya beli masyarakat dengan menstabilkan harga pangan, dan memberikan stimulus fiskal berupa diskon tarif listrik dan tol, serta PPh 21 DTP di sektor padat karya,” jelas Sri Mulyani.

Dari sisi produksi, sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan yang sangat positif, mencapai 10,52%, terutama didorong oleh panen raya padi dan permintaan bahan pangan yang meningkat menjelang Ramadan. Produksi beras nasional pada periode Januari hingga Februari 2025 bahkan meningkat lebih dari 60%, dengan stok beras di Bulog tercatat sebanyak 2,5 juta ton.

Industri pengolahan juga menunjukkan performa yang baik, dengan kontribusinya terhadap ekonomi nasional mencapai 19,3% dan tumbuh 4,55%, sementara sektor perdagangan berhasil tumbuh 5,03%. Kinerja sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan minum juga menunjukkan angka yang solid masing-masing 9,01% dan 5,75%.

Namun demikian, sektor konstruksi dan pertambangan mengalami kontraksi, masing-masing sebesar 2,18% dan penurunan produksi komoditas akibat turunnya harga global. Sektor konstruksi, yang dipengaruhi oleh sentimen “wait and see” investor, berkontribusi terbatas pada angka tersebut.

Di sisi lain, sektor teknologi informasi dan komunikasi, yang didorong oleh transformasi digital dan adopsi kecerdasan buatan (AI), tumbuh pesat hingga 7,72%, sementara sektor pendidikan dan kesehatan juga mengalami pertumbuhan signifikan masing-masing 5,03% dan 5,78%.

Secara keseluruhan, meskipun Indonesia menghadapi berbagai tantangan dari luar dan dalam negeri, pemerintah berusaha untuk menjaga ketahanan ekonomi dengan berbagai kebijakan dan strategi yang tepat. Peran sektor-sektor utama dalam perekonomian, seperti pertanian, industri pengolahan, dan teknologi informasi, diharapkan akan terus memperkuat posisi Indonesia di pasar global.

Also Read

Tags

Leave a Comment