Kelangkaan stok kartu grafis Nvidia GeForce RTX 50 Series memasuki fase yang lebih kritis. Setelah sebelumnya berbagai negara melaporkan keterbatasan pasokan yang berimbas pada antrean panjang pembelian, kini muncul kabar bahwa di beberapa wilayah stoknya benar-benar nihil.
Laporan terbaru datang dari sektor pasar perangkat keras di Thailand. Seorang pengguna media sosial mengungkapkan bahwa di negara tersebut, distribusi kartu grafis Nvidia GeForce RTX 50 Series menghadapi kendala besar karena tidak tersedia sama sekali.
Menurut informasi dari situs TweakTown, seorang pengguna Weibo dengan nama UX_thoughtful mengklaim bahwa sejumlah toko ritel di Thailand sudah tidak lagi menyediakan kartu grafis Nvidia GeForce RTX 50 Series dalam etalase mereka.
Yang lebih mencengangkan, pihak toko bahkan menyarankan calon pembeli untuk menunggu hingga bulan Juli untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai ketersediaan produk ini. Walaupun kartu grafis ini memiliki banderol harga yang tidak murah, kondisi kelangkaan ini membuat para penggemar teknologi terpaksa menunda kesempatan untuk merasakan performa terbaru yang ditawarkan oleh Nvidia.
Thailand menjadi salah satu negara yang mengalami dampak paling signifikan, namun Amerika Serikat yang merupakan pusat dari Nvidia juga dikabarkan mengalami masalah serupa. Sebelumnya, peluncuran perdana kartu grafis Nvidia GeForce RTX 50 Series memicu antrean panjang serta insiden keributan di berbagai titik penjualan.
Di Jepang, salah satu toko ritel hardware bahkan memberlakukan sistem undian bagi para calon pembeli. Mereka yang beruntung dalam pengundian berhak langsung membeli kartu grafis tersebut. Langkah ini diterapkan untuk mencegah aksi borongan oleh spekulan yang kemudian menjual kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Berbagai sumber mengungkapkan bahwa persoalan terbatasnya pasokan Nvidia GeForce RTX 50 Series ini disebabkan oleh adanya miskomunikasi antara Nvidia dan produsen perangkat keras lain yang bertugas merakit versi modifikasi dari kartu grafis tersebut. Akibatnya, stok yang seharusnya mencukupi permintaan pasar justru tidak terpenuhi sesuai dengan ekspektasi awal.