Proses pencernaan yang optimal sangat bergantung pada kebiasaan makan yang benar, salah satunya adalah mengunyah makanan secara menyeluruh. Tidak mengunyah dengan baik dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan, termasuk risiko peradangan pada usus buntu. Salah satu pemicu utama kondisi ini adalah terbentuknya feses yang keras dalam saluran pencernaan.
“Feses keras dapat terjadi karena kita tidak mengunyah makanan dengan baik sebanyak 36 kali kunyahan,” ujar Dokter spesialis bedah digestif Dr. dr. Made Agus Dwianthara Sueta, Sp.B., Subsp BD(K).
Kurangnya proses penghancuran makanan di dalam mulut akan memaksa lambung bekerja lebih keras dari seharusnya. Akibatnya, sebagian kecil dari makanan yang dikonsumsi tidak dapat dipecah secara sempurna dan dapat lolos ke usus halus tanpa dicerna dengan baik. Inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu terbentuknya sumbatan yang dapat mengganggu kinerja sistem pencernaan.
Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa kebiasaan makan dengan tergesa-gesa atau tidak fokus juga bisa berdampak negatif pada kesehatan pencernaan. Untuk itu, langkah sederhana seperti memperhatikan pola makan dan memastikan setiap suapan dikunyah dengan benar dapat menjadi salah satu cara untuk cegah usus buntu.
Namun demikian, meskipun seseorang sudah berusaha mengunyah makanan dengan baik, tidak menutup kemungkinan feses mengeras masih dapat terjadi. Sebab, enzim pencernaan yang bekerja dalam tubuh tidak selalu mampu menjalankan fungsinya secara maksimal.
“Sehingga kemungkinan besar, usia-usia yang sering terjadi usus buntu adalah usia dewasa yang produktif. Tapi bukan berarti anak kecil dan lanjut usia tidak bisa terkena, semua bisa,” kata Agus.
Kondisi feses yang keras ini dapat memasuki usus buntu dan menyebabkan penyumbatan. Ketika hal ini terjadi, cairan yang diproduksi oleh usus buntu tidak bisa keluar secara normal, sehingga menyebabkan organ ini membesar dan mengalami peradangan. Peradangan yang terjadi tidak hanya berdampak pada usus buntu itu sendiri, tetapi juga dapat mengganggu organ-organ di sekitarnya, menimbulkan rasa tidak nyaman, dan gejala yang semakin parah jika tidak segera ditangani.
Gejala utama yang sering muncul akibat peradangan usus buntu adalah nyeri perut yang awalnya ringan namun semakin bertambah intensitasnya, terutama di bagian kanan bawah perut. Selain itu, penderita juga bisa mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, serta demam sebagai tanda adanya infeksi dalam tubuh.
Untuk cegah usus buntu, kebiasaan sederhana seperti mengunyah makanan dengan benar dan menghindari makan terburu-buru sangat dianjurkan. Dengan melakukan langkah ini, makanan dapat dicerna lebih baik, sehingga mencegah terbentuknya feses keras yang berpotensi menyumbat saluran pencernaan.
Selain itu, penting juga untuk mengonsumsi makanan yang kaya serat seperti buah, sayuran, dan biji-bijian. Serat berperan penting dalam menjaga tekstur feses agar tetap lunak dan mudah dikeluarkan oleh tubuh. Hidrasi yang cukup juga menjadi faktor pendukung yang tidak boleh diabaikan, karena kekurangan cairan dapat menyebabkan sembelit yang berkontribusi pada risiko usus buntu.
Meskipun usus buntu bisa terjadi pada siapa saja, kelompok usia produktif cenderung lebih sering mengalami kondisi ini. Hal ini bisa dikaitkan dengan pola makan yang kurang sehat serta kebiasaan makan cepat akibat tuntutan aktivitas yang padat. Oleh karena itu, membangun kesadaran akan pentingnya pola makan yang baik sejak dini bisa menjadi langkah preventif yang efektif dalam cegah usus buntu.
Di sisi lain, apabila seseorang sudah mengalami gejala yang mengarah pada radang usus buntu, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan tenaga medis. Penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah komplikasi lebih lanjut, seperti pecahnya usus buntu yang dapat menyebabkan infeksi serius di rongga perut.
Sebagai langkah pencegahan yang lebih luas, edukasi mengenai pentingnya kebiasaan makan sehat harus terus disosialisasikan. Masyarakat perlu memahami bahwa setiap tahapan dalam proses pencernaan saling berkaitan, dan satu kebiasaan buruk seperti tidak mengunyah makanan dengan baik bisa berkontribusi terhadap masalah kesehatan yang lebih besar.
Dengan menerapkan pola makan yang sehat, mengunyah makanan secara perlahan dan menyeluruh, serta menjaga asupan serat dan cairan, kita semua dapat mengambil langkah nyata untuk cegah usus buntu dan menjaga kesehatan sistem pencernaan secara keseluruhan.