Trump Marah Besar, Obat Impor Langsung Kena Tarif Tinggi

Sahrul

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan gebrakan dalam arena perdagangan global. Dalam sebuah rapat kabinet yang digelar Selasa waktu setempat, ia menyampaikan rencana penambahan bea masuk terhadap berbagai produk impor, langkah yang diprediksi bisa mengoyak peta perdagangan internasional.

Trump menyebutkan bahwa logam tembaga akan dikenai tarif sebesar 50%, namun sorotan terbesar tertuju pada produk farmasi, yang disebut-sebut akan terkena pungutan hingga 200%—kenaikan tarif yang bisa diibaratkan seperti bom tarif yang siap meluluhlantakkan rantai pasok obat global.

“Hari ini kita membahas tembaga,” katanya dalam rapat kabinet, yang menunjukkan kemajuan dalam penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap impor logam tersebut, dikutip AFP, Rabu (9/7/2025).
“Kita juga akan membuat pengumuman tentang farmasi… Mereka akan dikenai tarif dengan tarif yang sangat, sangat tinggi, seperti 200%,” tegasnya.

Meski nada bicara Trump terdengar tegas, eksekusi atas kebijakan ini tidak akan serta-merta dijalankan. Presiden yang dikenal dengan gaya “America First”-nya itu mengindikasikan bahwa masa tenggang satu hingga satu setengah tahun akan diberikan kepada industri farmasi untuk menyesuaikan diri.

“Kami akan memberi mereka waktu tertentu untuk mempersiapkan diri,” kata Trump.

Menunggu Keputusan Final

Senada dengan sang presiden, Menteri Perdagangan Howard Lutnick menjelaskan bahwa kebijakan tersebut masih dalam tahap kajian. Menurutnya, rincian tarif baru, baik untuk sektor farmasi maupun semikonduktor, akan diputuskan setelah studi mendalam rampung pada akhir bulan ini.

“Untuk produk farmasi dan semikonduktor, studi tersebut akan selesai pada akhir bulan, sehingga presiden akan menetapkan kebijakannya saat itu, dan saya akan membiarkannya menunggu untuk memutuskan bagaimana ia akan melakukannya,” kata Lutnick sekaligus menjelaskan soal tarif lain di teknologi.

Ambisi Mengembalikan “Mahkota” Farmasi AS

Dikutip dari CNBC International, kebijakan ini diyakini berkaitan erat dengan keinginan Trump untuk membangkitkan kembali dominasi Amerika dalam industri farmasi, yang telah kehilangan kekuatannya akibat desentralisasi produksi ke luar negeri.

Sejak April lalu, pemerintah AS telah mengaktifkan investigasi Pasal 232 untuk mengevaluasi apakah arus masuk produk farmasi dari luar negeri berdampak pada keamanan nasional. Hasil dari penyelidikan tersebut dapat memberikan dasar hukum untuk penetapan tarif.

Trump sebelumnya menegaskan bahwa kenaikan bea masuk bisa menjadi pemicu bagi perusahaan farmasi untuk memindahkan aktivitas produksi mereka kembali ke wilayah Amerika Serikat. Beberapa nama besar seperti Johnson & Johnson, Eli Lilly, dan AbbVie disebut telah meningkatkan investasi dalam negeri sebagai respons atas perubahan kebijakan ini.

Industri: Tarif Obat Sama Saja Menggali Lubang Sendiri

Namun langkah ini tak lepas dari kritik tajam. PhRMA, kelompok advokasi terkemuka dalam industri farmasi Amerika, menyuarakan keberatan keras terhadap rencana Trump tersebut. Meski mendukung upaya membangkitkan sektor manufaktur domestik, mereka menilai tarif tinggi terhadap obat justru kontra produktif.

“Setiap dolar yang dihabiskan untuk tarif adalah satu dolar yang tidak dapat diinvestasikan dalam manufaktur Amerika atau pengembangan pengobatan dan penyembuhan di masa depan bagi pasien,” kata wakil presiden senior urusan publik PhRMA, Alex Schriver.
“Industri ini memiliki tujuan yang sama dengan Presiden Trump untuk merevitalisasi manufaktur Amerika dan baru-baru ini mengumumkan investasi AS senilai ratusan miliar dolar, tetapi mengenakan tarif pada obat-obatan akan kontraproduktif terhadap upaya ini,” lanjutnya.
“Obat-obatan secara historis dikecualikan dari tarif karena dapat meningkatkan biaya dan menyebabkan kekurangan.”

Efek Domino ke Pasien?

Pengamat menyebut bahwa jika tarif benar-benar diberlakukan, maka tak hanya industri yang terkena dampaknya—pasien pun bisa ikut menanggung beban, baik melalui kenaikan harga, maupun risiko kelangkaan pasokan. Obat-obatan yang selama ini dinikmati dengan harga terjangkau bisa menjadi barang mewah di rak apotek.

Dengan medan dagang yang semakin panas dan ketegangan tarif kembali memuncak, dunia menanti apakah langkah Trump akan membawa “keuntungan strategis” bagi Amerika atau justru menjadi bumerang dalam sistem kesehatan global.

Also Read

Tags

Leave a Comment