Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, melaporkan adanya 198 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, empat kasus berujung pada kematian.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardhani, korban yang meninggal terdiri dari satu balita serta tiga anak-anak.
“Kasus kematian tersebar di tiga kecamatan yakni dua di Kecamatan Pakel, serta masing-masing satu di Kecamatan Sumbergempol dan Kedungwaru,” ujarnya pada Jumat.
Desi mengungkapkan bahwa angka kematian akibat DBD mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2023, tercatat tiga kasus kematian, kemudian melonjak drastis menjadi 17 kasus pada 2024. Sementara itu, dalam awal 2025 saja, jumlah korban meninggal telah mencapai empat orang.
“Dalam satu bulan rata-rata terdapat dua kasus kematian dan kami masih memiliki sepuluh bulan ke depan,” katanya.
Selama dua bulan terakhir, Dinkes mencatat total 198 kasus DBD, dengan 154 kasus terjadi pada Januari dan 44 kasus hingga pekan ketiga Februari 2025.
Untuk mengendalikan penyebaran DBD, Dinkes mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus, yakni menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, mengubur barang bekas, serta menaburkan larvasida guna mencegah perkembangbiakan nyamuk.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung juga mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar lebih aktif dalam melakukan PSN. Desi menegaskan bahwa keterlibatan tokoh masyarakat, termasuk kepala desa, sangat penting dalam mengajak warga untuk secara rutin menjalankan PSN.
“PSN serentak yang dilakukan warga terbukti mampu menekan penularan DBD hingga 75 persen,” ujarnya.
Sementara itu, fogging atau pengasapan hanya akan dilakukan jika hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan adanya penyebaran penyakit dalam radius 200 meter dengan minimal dua kasus positif.
“Fogging bukan solusi utama, karena hanya membunuh nyamuk dewasa. Pencegahan utama tetap dengan PSN,” jelasnya.
Dinkes juga menduga bahwa beberapa anak tertular DBD saat berada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pihaknya berencana mengirimkan surat kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung agar sekolah-sekolah turut serta dalam melaksanakan PSN secara rutin.
“Dengan PSN di sekolah, risiko penularan DBD pada anak-anak dapat ditekan,” katanya.